Datangnya malaikat yang paling mulia, menemui Nabi yang
paling mulia disaksikan para sahabat yang mulia tentulah merupakan hal yang
istimewa. Pastinya banyak sekali faidah yang ada di sana. Kali ini kita akan
mengambil beberapa faidah tentang ilmu dari kisah tersebut.
Diriwayatkan
oleh Imam Muslim, dari sahabat ‘Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengisahkan,
بينما
نحن جلوس عند النبي صلى الله عليه وسلم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب، شديد
سواد الشعر، لا يُرى عليه أثر السفر، ولا يعرفه منّا أحد، فجلس إلى النبي صلى الله
عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه، ووضع كفيه على فخذيه
“Ketika kami tengah berada di
majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba muncul dihadapan kami
seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak
terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun
diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan
menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya di atas
pahanya sendiri” (H.R Muslim).
Selanjutnta
Jibril bertanya kepada Nabi tentang makna islam, iman, dan ihsan serta perkara
tentang hari akhir dan dijawab oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam.
Mendulang Faidah dari Sebuah
Kisah
Dalam
kisah datangnya Jibril ini kita bisa mengambil beberapa faidah tentang ilmu :
1. Anjuran untuk aktif menghadiri majelis ilmu.
Tatkala
Jibril ‘alaihis salam datang,
para sahabat sedang duduk bermajelis bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikianlah kebiasaan
para sahabat. Mereka datang kepada Nabi untuk mendapatkan ilmu dan meminta
nasihat kepada beliau. Mereka adalah orang yang semangat untuk mencari ilmu.
Hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari kisah ini, dan menjadi motivasi
bagi kita untuk aktif mendatangi majelis ilmu. Seseorang tidak akan bisa
mendapat ilmu jika tidak datang menghadiri majelis ilmu, sebagaimana perkataan
Imam Malik rahimahullah,
العلم
يؤتى ولا يأتي
“Ilmu itu didatangi, dia
tidak akan datang sendiri.”
2. Anjuran bagi para dai untuk aktif mengajarkan ilmu.
Datangnya
Jibril ‘alaihis salam tujuannya
adalah untuk mengajarkan ilmu kepada para sahabat. Kedatangan beliau bukan
karena diminta oleh Nabi dan para sahabat. Demikianlah semestinya seorang dai
dan juru dakwah, adakalanya dia harus aktif dan punya inisiatif sendiri untuk
mengajarkan ilmu tanpa harus diminta oleh muridnya atau harus menunggu diundang
oleh panitia pengajian.
3. Memakai pakaian yang bagus saat menghadiri majelis ilmu.
Jibril ‘alaihis salam datang
menggunakan pakaian yang sangat putih, yang menunjukkan pakaian yang beliau
pakai adalah pakaian yang bersih dan bagus. Baju putih juga adalah warna yang
disukai oleh Rasul shalllahu ‘alaihi wa sallam . Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَسُوا
مِنْ ثِيَابِكُمُ الْبَيَاضَ فَإِنَّهَا مِنْ خَيْرِ ثِيَابِكُمْ
“Pakailah oleh kalian pakaian
yang putih karena itu termasuk pakaian yang paling baik” (HR. Abu Daud
4061, hasan).
Oleh
karena itu, seyogyanya bagi penuntut ilmu untuk berhias diri dengan pakaian dan
penampilan yang baik tatkala akan menghadiri majelis ilmu.
4. Hendaknya murid mengambil posisi yang dekat dengan guru.
Dalam
kisah tersebut diceritakan,
فجلس
إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبتيه إلى ركبتيه
“Lalu ia duduk di hadapan
Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah”
Jibril
menempelkan lutut beliau dengan lutut Nabi. Ini menunjukkan beliau mengambil
posisi duduk yamg sangat dekat dan juga menghadap kepada Nabi yang akan
menyampaikan ilmu. Dengan posisi demikian beliau bisa menyimak dengan seksama
ilmu yang disampaikan dan mendapat faidah yang lengkap. Inilah di antara adab
dalam menuntut ilmu, yaitu mengambil posisi yang dekat dengan guru yang akan
mengajarkan ilmu.
5. Fokus dan konsentrasi dalam belajar.
Dalam
kisah tersebut diceritakan,
ووضع
كفيه على فخذيه
“dan beliau (Jibril) meletakkan
tangannya di atas pahanya sendiri”
Tatkala
duduk, Jibiril meletakkan kedua tangannya di atas paha beliau sendiri. Ini
menunjukkan sikap duduk yang sempurna dan posisi yang fokus dalam mempelajari
ilmu. Demikianlah seharusnya duduknya penutut ilmu di majelis ilmu. Mengambil
posisi duduk yang benar dan sikap yang fokus memperhatikan guru. Tidak duduk
asal-asalan, sibuk ngobrol sendiri, mengantuk dan tidur, atau bahkan
bermain HP saat di majelis ilmu.
6. Metode tanya jawab dalam mengajarkan ilmu.
Cara
seperti ini adalah di antara metode yang efektif dalam belajar, yaitu berdialog
atau tanya jawab sehingga baik yang mengajarkan maupun yang diberi pelajaran
sama-sama aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan mudah dipahami dan juga
mudah untuk diingat. Metode seperti ini banyak dipraktikkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana disebutkan dalam banyak
hadits.
7. Boleh bertanya tentang sesuatu yang sudah diketahui dalam rangka
mengajarkan ilmu kepada orang lain.
Jibril
bertanya kepada Nabi bukan berarti beliau tidak tahu. Akan tetapi ini dalam
rangka pengajaran kepada para sahabat yang hadir pada saat itu. Dengan sebab
pertanyaan Jibril, Nabi memberikan banyak penjelasan ilmu tentang islam, iman,
ihsan, tanda hari kiamat, dll, sehingga para sahabat yang hadir mendapatkan
tambahan ilmu.
8. Anjuran mengucapkan salam ketika menghadiri majelis ilmu.
Dalam
riwayat yang lain, disebutkan bahwa Jibril mengucap salam kepada Nabi ketika
beliau memasuki majelis. Jibril mengucapkan, “Assalaamu ‘alaika Yaa Muhammad”, dan Nabi pun
menjawab salam tersebut, sebagaimana hal ini disebutkan dalam hadits Abu
Hurairah dan Abu Dzar yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud.
9. Tidak boleh menjawab pertanyaan tanpa dasar ilmu.
Tidak
boleh seseorang menjawab pertanyaan tanpa dasar ilmu. Oeh karena itu jawaban
Nabi ketika ditanya tentang kapan terjadinya hari kiamat,
. ما
المسؤول عنها بأعلم من السائل
“Orang yang ditanya itu tidak
lebih tahu dari yang bertanya.”
Beliau
menjawab demikian karena memang beliau tidak mengetahui ilmu tentang hal
tersebut.
10. Keutamaan dan pentingnya mempelajari dan mendakwahkan aqidah.
Datangnya
Jibril kepada Nabi dan disaksikan oleh para sahabat adalah suatu momen yang
langka dan istimewa. Ilmu yang diajarkan dalam majelis tersebut adalah ilmu
tentang pokok-pokok agama Islam yaitu tentang islam, iman, ihsan, dan juga
tanda hari kiamat. Ini menunjukkan pengajaran tentang ilmu tersebut adalah
sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh umat. Oleh karena itu para da‘i
hendaknya menjadikan aqidah sebagai materi utama dalam dakwah.
Demikian
beberapa faidah tentang ilmu yang bisa kita petik dari kisah datangnya Jibril ‘alaihis salam. Semoga
menambah ilmu dan meningkatkan keimanan kita.
Wallahu a‘lam bish shawab. Wa
shallallahu ‘alaa Nabiyyinaa Muhammad.
Penyusun : dr. Adika
Mianoki
Artikel: Muslim.or.id
Artikel: Muslim.or.id
Sumber bacaan:
– Al-Minhatu Ar-Rabaniyyah fii Syarhi al Arba’in an Nawawiyyah karya Syaikh Dr.
Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan hafidzahullah.
– Syarhu Al-Arba’in An-Nawawiyyah karya Syaikh Shalih bin ‘Abdil ‘Aziiz
‘Muhammad ‘Alu Syaikh hafidzahullah.
– Syarhu Hadiitsi Jibril fii Ta’liimiddiin karya Syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd
al ‘Abbaad al Badr hafidzahullah.
Sumber: https://muslim.or.id/29905-10-pelajaran-dari-datangnya-jibril.html
No comments:
Post a Comment